弟子规 ( dì zǐ guī ) adalah sebuah pedoman perilaku bagi seorang siswa yang menjabarkankan tentang budi pekerti seorang anak. Merupakan penyederhanaan yang merujuk langsung dari Kitab Suci 儒教 ( rú jiào ) atau Agama Khonghucu, Kitab Sabda Suci ( 论语lún yǔ ) Bab I : 6.
Mula-mula ditulis oleh 李毓秀 ( lǐ yù xiù ) di Jaman Raja 康熙 ( kāng xī ) tahun1662 – 1722 dari Dinasti 清 ( qīng ) dan berjudul训蒙文 ( xùn měng wén ), "Pengajaran Tentang Moral". Kemudian oleh Sastrawan lain - pada jaman yang sama - bernama 贾存仁 ( jiǎ cún rén ) disunting dan diberi judul 弟子规 ( dì zǐ guī ) "Pedoman Para Siswa"
入则孝 ( rù zé xiào ) Berperilaku Bakti
Tersurat pada Dizigui Bagian I, Bab Berperilaku Bakti sbb:
亲所好,力为具。
qīn suǒ hào, lì wèi jù
Yang baik untuk orang tua, sekuat tenaga memenuhinya
亲所恶,谨为去。
qīn suǒ è, jǐn wèi qù
Yang buruk bagi orang tua, sepenuh hati meninggalkannya
Seorang anak berbakti senantiasa berusaha memenuhi harapan dan cita-cita mulia orang tuanya. Maka, seorang anak berbakti sangat memperhatikan hal tersebut.
Ini jugalah yang mendasari niat bulat dan tulus dari 吴泰伯wútàibó ( 1224 SM-1152 SM ) - leluhur pertama Marga Go – untuk meninggalkan rumah dan keluarga dan kemudian membedol daerah Wu, membangunnya hingga menjadi sebuah negara kecil bernama Wu.
Beliau dikenal sebagai orang suci yang telah tiga kali menolak menerima tahta ( 三让高踪sān ràng gāo zōng ), pelopor pengembangan daerah 江南
( jiāngnán ), leluhur orang Jiangnan, pendiri dan raja pertama Negeri Wu sekaligus leluhur pertama marga Wu.
Wu Tai Bo hidup pada akhir periode Dinasti 商( shāng ), merupakan putra sulung dari 古公亶夫 ( gǔgōngdǎnfū ), Pemimpin / Raja dari klan Zhou. Beliau adalah kakak sulung dari 仲雍 ( zhòngyōng ) dan季历 ( jìlì ).
Baginda Gugongdanfu sebagai seorang yang mempunyai pandangan jauh ke depan mendapatkan penglihatan bahwa negaranya akan berjaya di bawah kepemimpinan cucunya dari Jili, putera ke-3 nya *). Namun, sudah menjadi tradisi turun temurun bahwa penerus tahta adalah putra sulung. Sehingga apabila niat ini dipaksakan akan membuat Beliau merasa telah berlaku tidak adil kepada Taibo. Maka, hal ini menimbulkan kontradiksi besar dalam batinnya dan akhirnya menimbulkan sakit yang serius.
Taibo sebagai anak berbakti yang tidak tamak akan kedudukan, bisa merasakan isi hati dan penderitaan ayahnya. Demi menolak tahta, Taibo dan adik keduanya ( Zhongyong ) sudah berunding masak-masak. Sementara ayahnya sedang berbaring sakit, mereka menggunakan kesempatan ini untuk pergi meninggalkan kerajaan dengan menggunakan alasan ke gunung untuk memetik daun obat guna kesembuhan ayahnya. Setelah berpesan kepada adik ketiganya, Jili - agar baik-baik di rumah menjaga ayahnya - merekapun tanpa mengeluh dan menyesal pergilah meninggalkan kerajaan. Sungguh sebuah wawasan luhur akan arti sebuah sikap tulus dan berlapang dada. Inilah peristiwa pertama mereka mengalah pergi dan menyerahkan tahta.
Di saat Taibo dan Zhongyong dalam keseriusannya membangun daerah Wu bagian Barat, tiba-tiba mendapat berita bahwa ayahanda tercinta wafat karena sakitnya yang semakin parah. Bergegaslah mereka berdua pulang untuk melaksanakan perkabungan. Usai perkabungan, Jili bermaksud menyerahkan tahta kepada kakak tertuanya sesuai amanah ayahnya. Taibo bersikeras tidak mau menerimanya, Jili pun juga bersikeras tidak mau menerima penolakan ini. Maka dengan diam-diam tanpa pamit, Taibo dan Zhongyong segera kembali ke daerah Wu. Inilah peristiwa ke-2 Taibo melepas tahta.
Peristiwa ketiga kali menolak tahta adalah ketika Taibo dan Zhongyong sudah berada kembali di Wu bagian Barat. Demi untuk menunjukkan kesungguhan hatinya yang benar-benar tidak mempunyai minat terhadap kerajaan, diputuskanlah untuk hijrah ke tenggara guna mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Taibo dan Zhongyong memotong rambutnya, merajah tubuh, membaur mengikuti adat suku setempat.
Tidak lama berdiam di Tenggara, datanglah utusan dari Jili untuk menjemput kakak-kakaknya. Memohon Taibo berkenan pulang ke negaranya dan menduduki tahta yang telah disiapkan untuknya. Taibo menolak. "Saya sudah bukan lagi orang Zhou. Dengan memotong rambut dan merajah tubuh, bagi bangsa Zhou saya hanyalah orang bar-bar yang tidak memiliki kualifikasi sebagai seorang raja"
Demikianlah Taibo, ketulusannya terhadap orang tua, bangsa dan negara telah mendorongnya untuk sekuat tenaga memenuhi baktinya. Semua kerja keras dan ketulusannya kepada suku bangsa liar yang dipimpin dan dibimbingnya telah membesarkan daerah itu hingga layak menjadi sebuah kerajaan. Dan Taibo menjadi raja pertama Negeri Wu. Namanya harum hingga Nabi suci 孔子 kǒngzǐ / Confucius / Khonghucu memuji prilakunya. Hal ini tersurat dan tersirat dalam salah satu kitab suci Agama 儒Rú, yaitu Kitab 论语lúnyǔ / Lun Gi (dialek Hokian) atau Sabda Suci pada Bab berjudul Taibo.
26 Ags 2015
*) Kelak putera Jili yang bernama 姬昌 Jī chāng
( bergelar 周文王 zhōu wénwáng ) bersama-sama dengan puteranya yang bernama 姬发 Jī fā ( bergelar 周武王zhōu wǔwáng ) menumbangkan Dinasti 商Shāng yang buruk pemerintahannya, mendirikan Dinasti 周zhōu, sebuah dinasti yang bertahan terlama sepanjang sejarah Tiongkok ( 1066 SM – 221 SM ).
Daftar Pustaka:
Ongkowijaya, Bratayana, SE, Xds. 2011. Pendidikan Budi Pekerti. Banten: Matakin
Yang, Yang Tu. 2011. Budi Pekerti Seorang Siswa. Penerbit Pustaka Internasional
刘敬余。2012。弟子规。北京:北京教育处办事。
泰伯廟, 灵源药业赠, 2009