Sejarah Singkat 泰伯 (taibo ),
Leluhur Pertama Marga 吴( wu ) / Go
( bagian ke-3 )

Posted : 18 November 2015


Sebagai putera seorang raja, putera Gugong yang bernama 泰伯 ( tàibó ) yang selama ini telah banyak berbuat demi kebaikan negara dan rakyat, sangat mengerti akan keresahan hati ayahnya. Ayahnya adalah seorang raja yang sangat lurus dan penuh kebajikan dalam memimpin rakyatnya. Dia ingat bagaimana leluhurnya Buzhu telah menjadi musuh Dinasti Shang, sehingga harus hijrah ke daerah kediaman suku Rongdi. Tanah suku Rongdi inilah yang mereka tinggali dan hidup bersama-sama turun temurun dengan rukun. Bahkan istrinya adalah putri kepala suku Rongdi.

Ayahnya menolak untuk merampok dan merampas,ayahnya juga tidak pernah membenarkan sebuah peperangan di antara suku bangsa. Beliau keberatan dengan adanya peperangan. Beliau dengan kesungguhan hati selalu memperingatkan bawahannya maupun rakyatnya untuk menghindari keinginan berperang.

Dikatakannya," Semua mendukung saya menjadi pemimpin, tujuannya agar saya bisa berbuat kebaikan buat kalian. Di depan mata kita suku Rongdi berniat mengajak kita berperang, tujuannya adalah merampas tanah dan rakyat kita. Apa bedanya kalian hidup di bawah pemerintahan saya maupun di bawah pimpinan suku Rongdi bilamana dalam hati kalian punya kehendak bertarung hidup dan mati, bukankah sama dengan menyamakan saya dengan sebuah peperangan? Perang itu mengakibatkan kematian bagi manusia. Di antara kalian ada yang menjadi seorang ayah atau seorang anak, ingatlah bahwa perang bisa membuat kalian mati. Kalau kalian mati, bagaimana dengan keluarga kalian? Demi saya kalian mati dalam perang. Apa bedanya hal ini dengan saya bunuh kalian? Itulah sebabnya saya menolak dan tidak tega melihat kalian melakukan hal ini."

Untuk menghindari peperangan Gugong bermaksud menggunakan siasat " 让地南迁" ( ràngdìnánqiān ), menyerahkan tanah hijrah ke selatan. Meskipun ini cara terbaik, tetapi untuk melaksanakannya masih terhalang oleh satu hal.

Istri dari Taibo, anak sulungnya adalah putri kepala suku Rongdi. Selama dua tiga tahun ini telah sering terjadi konflik sehingga terpaksa anak dan istri Taibo dititipkan sementara pada keluarga kepala suku Rongdi. Apabila sekarang akan pindah ke selatan bagaimana dengan nasib menantu dan cucunya itu. Inilah yang senantiasa dipikirkan oleh Gugongdanfu.Taibo sangat menyadari akan kelemahan hati ayahnya. Dibujuknya ayahnya dengan mengatakan bahwa akan lebih baik istri dan anaknya tinggal dengan mereka daripada harus ikut pindah ke selatan. Dia meminta ayahnya agar jangan sampai rumah tangga kecilnya mempengaruhi masalah besar pemukiman baru bagi rakyat.

Kegigihan Taibo mempertahankan pendapatnya dibarengi dengan kerja kerasnya ikut membantu pemerintahan, membuat Gugongdanfu tanpa ragu-ragu memutuskan melaksanakan " rang di nan qian ". Gugong dengan segera memimpin seluruh rakyat mengarungi permukaan Sungai 漆 ( qī ) dan 沮 ( jǔ ) yang luas dan berkabut, melintas gunung yang tinggi bergerak ke selatan hingga sampai di area dataran kaki Gunung 岐山 ( qíshān ) [ sekarang: Kabupaten Qishan Provinsi Shaanxi ]. Di sinilah mereka berkemah.

Sejak jaman dahulu tempat ini merupakan sebuah daerah dengan gunung yang hijau dan air yang jernih, sebuah tempat bagus yang luas dan subur. Orang-orang menyebut tempat ini dengan nama "周原"( zhōuyuán ) [ sekarang: Dusun 岐阳qíyáng di kaki Gunung Qishan, 25 km timur laut Kabupaten Qishan, Provinsi Shaanxi ]. Menurut cerita turun temurun, sayur pahit di sini rasanyapun manis. Sesampainya Gugongdanfu di Zhouyuan, lebih dahulu didirikannya panggung untuk bersembahyang kepada Tuhan dan leluhur. Beliau juga melakukan ritual untuk memperoleh petunjuk dari Tuhan dan Alam.

Karena hasil perenungan ini menunjukkan pertanda yang positif, maka dipimpinnya seluruh rakyat untuk bedol desa, membuka hutan, menggarap tanah dan memetak sawah. Beliau membentuk rakyat, menyusun kabinet, membangun perumahan dan kuil leluhur maupun istana. Dengan sekuat tenaga mengembangkan pertanian, membuat revolusi atas peradaban dan budaya masyarakat gembala dari suku Rongdi. Pada waktu yang bersamaan juga membangun pertahanan kota ( selama beberapa waktu yang lalu, tak terhitung banyaknya benda purbakala yang sangat berharga sudah digali. Baik berupa reruntuhan istana, kastil, kota dan bangunan penting lainnya yang telah dibangun pada periode pemerintahan Gugongdanfu )

Tahun 1215 sM, kerajaan kecil dari rumpun sebuah suku yang didirikan oleh Gugongdanfu mendapatkan pengesahan dari Raja Dinasti 商 ( shāng ). Dan karena tempat di mana mereka mendirikan negeri bernama Zhouyuan maka – sejak saat itu – rakyat suku bangsa marga 姬 ( jī ) ini dinamakan rakyat周 ( zhōu ). Negeri mereka dinamakan Negeri Zhou dan masuk dalam bagian wilayah dari kekuasaan Dinasti Shang. Gugongdanfu secara resmi menjadi raja Negeri Zhou. Dan Negeri Zhou mulailah meniti jalan menuju kemakmuran dan kejayaan.

Menurut sejarah, Gugongdanfu adalah seorang politikus, pemikir dan ahli militer yang terkenal. Beliau mendapat penghormatan dari generasi kemudian sebagai orang suci ( 圣人shèngrén ). Setelah wafat, Gugongdanfu di makamkan di Qishan, tempat di mana Beliau mula-mula menetap dan mendirikan kerajaan ( sekarang: Kabupaten Qishan, sebelah selatan Dusun Qiyang ), di area seluas lebih dari 1 亩 ( mǔ ). Ketinggian makam yang berbentuk bulat ini setinggi 5 meter lebih dengan keliling lebih dari 50 meter. Pada tahun 1972 - oleh masyarakat Kabupaten Qishan - telah diresmikan sebagai salah sebuah cagar budaya penting.

Pada mulanya, di depan makam terdapat tugu bertuliskan 周太王之墓 ( zhōutàiwángzhīmù ): makam Raja Zhoutaiwang, yang bersumber dari tulisan kaligrafi dari Kaisar 乾隆 ( qiánlóng ) dari Dinasti 清
( qīng ) di antara lawatannya ke Shaanxi. Tetapi karena kuatir akan hilang, maka disimpan di dalam gudang penyimpanan milik dusun setempat.

Beberapa ratus meter di sebelah makam, terdapat 周太王祠( zhōutàiwángcí ): kuil Zhoutaiwang. Kuil ini juga disebut 三王(古公,王季, 文王)殿 [ ( sānwáng : gǔgōng, wángjì, wénwáng ) diàn ]: Kuil Tiga Raja
( Gugong, Raja Ji, Raja Wen ).

Pada halaman dalam kuil terdapat 山门 ( shānmén ): gerbang,献殿 ( xiàndiàn ): balairung persembahan,祭台 ( jìtái ) altar persembahan dan 正殿
( zhèngdiàn ): balairung utama. Di halaman dalam kuil berdiri tugu juga pohon pinus 松 ( sōng ) dan 桕 ( jiù ) yang tinggi menyentuh langit.

Balairung Utama selebar 5 间 ( jiān / petak ) sedalam 3间, persis horizontal di tengah pintu balairung masih tetap tersimpan 4 huruf : 绵绵瓜瓞( miánmiánguādié ): kesinambungan melon ke melon muda. Ini dipetik dari Kitab Sanjak ( 诗经shījīng ) Bagian 绵
( mián ). Ini merupakan pujian suku bangsa Zhou untuk anak keturunan sendiri yang berpengharapan agar selalu beruntung dan berhasil dalam segala usaha.

Tahun 1130 sM ( juga dikatakan sebagai tahun 1066 sM, 1122 sM dll menurut banyak metode ) 周文王
( zhōuwénwáng ) berhasil menumbangkan Dinasti Shang dan mendirikan Dinasti Zhou. Untuk mengenang dan memuji Gugongdanfu maka diberikan gelar kepada Gugongdanfu dengan sebutan 周太王 ( zhōu tài wáng ). Pada buku silsilah kaum dari Marga 吴 ( wú ) juga tertulis penghormatan kepada Gugongdanfu sebagai Leluhur yang paling dekat.

Marga Wu benar-benar timbul dan adanya dari Marga Zhou, oleh sebab itu dalam sejarahnya seringkali dikatakan sebagai 姬姓吴氏 ( jīxìng wúshì ): Klan Wu ( dari ) Marga Ji.
Berdasarkan sejarah dan keberadaannya, asal usul Marga Wu masih bisa digali dari sumber yang lain, tetapi ini hanyalah sebagian kecil. Bagaimanapun juga sebagian besar tetap merupakan keturunan generasi kemudian dari Taibo dan Zhongyong. Hal ini sudah bisa dipastikan adanya.

( Sebuah episode awal dari sebuah sumber: 泰伯廟, 灵源药业赠, 2009 )
吴慧夢


comments :

Please Log In to Write Your Comment

0 komentar