吴泰伯 (wútàibó 1224 -1152 SM) mula-mula bermarga 姬 (jī), dari klan 周 (zhōu). hidup pada akhir periode Dinasti 商 (shāng) sebagai putra sulung dari 古公亶夫 (gǔgōngdǎnfū), Pemimpin/ Raja dari klan Zhou. Beliau adalah kakak sulung dari 仲雍 (zhòngyōng ) dan季历 (jìlì); ayah dari周文王 (zhōuwénwáng), pendiri Dinasti Zhou.
Wu Tai Bo dikenal sebagai orang suci yang telah tiga kali menolak menerima tahta, pelopor pengembangan daerah 江南 (jiāngnán), leluhur orang Jiangnan, pendiri dan raja pertama Negeri Wu sekaligus leluhur pertama marga Wu. Bersama dengan Zhongyong, adik keduanya, pada kira-kira tahun 1201 SM ke delta Sungai 长江 (chángjiāng) dan mendirikan Negeri Wu di daerah bernama Wu. Sayang, Negeri Wu ini pada akhirnya harus musnah dihancurkan oleh Raja 勾践 (gōujiàn) dari Negeri 越 (yuè) pada tahun 473 SM [Dinasti Zhou Timur, akhir Jaman 春秋 (chūnqiū) awal Jaman 战国 (zhànguó)]. Sejarah mencatat Negeri Wu selama kurun waktu 720 tahun lebih telah melewati 21 generasi dengan dipimpin oleh 25 raja.
Seiring berkembangnya jaman -karena berbagai alasan– banyak orang bermarga Wu di dalam dan di luar Tiongkok (China) menggunakan nama klan (氏shì) 太伯 (tàibó), 虞 (yú), 阎 (yán), 盖余 (gàiyú), 夫余 (fūyú), 庆忌 (qìngjì), 延陵 (yánlíng), 公刘 (gōngliú), 阖 (hé), 樊 (fán), 狐 (hú). Demikian juga di Vietnam, Burma, Thailand, Singapura, Korea Utara, Korea Selatan. Bahkan marga 吴人 (wúrén), 吴服 (wúfú), 吴汉 (wúhàn), 吴服部 (wúfúbù), 松野 (sōngyě), 田中 (tiánzhōng) dan lainnya, di Jepang adalah juga klan marga Wu.
Ketika Taibo mengikuti ayahnya untuk hijrah ke selatan, istrinya ditinggalkan di 西北戎 (xīběiróng) [sekarang di dekat旬邑 (xúnyì), provinsi 陕西 (shǎnxī)]. Selanjutnya Taibo bersama dengan adik keduanya: Wuzhongyong menjadi pelopor generasi marga Wu.
Kitab Hikayat (史记shǐjì ) [salah satu dari untaian Kitab 五经 (wǔjīng), kitab suci dari 儒教 rújiào, Agama Ru/ Khoghucu]: 吴太伯世家 (wútàibóshìjiā), Kitab 吴氏 (wúshì): 家族谱 (jiāzúpǔ) dan orang-orang di dunia bukan hanya karena kekagumannya saja menganggap Taibo sebagai pelopor generasi pelanjut dan keturunan dari marga Wu.
Klan Zhou adalah sebuah klan dari sebuah suku bangsa yang tua di China, bertempat di bagian barat di mana Sungai 渭 (wèi) mengalir di dataran tinggi tanah kuning yang khas China (Menurut Buku History of China tulisan Ivan Taniputera, di bagian barat Provinsi Shaanxi dekat perbatasan dengan Provinsi Gansu, yang juga didiami oleh suku barbar 西戎xīróng dan 戎狄róngdí) merupakan keturunan dari suku太阳图腾族 (tàiyángtúténgzú).
Leluhur Bangsa Zhou bernama 弃 (qì) atau 后稷 (hòujì), hidup pada pemerintahan陶唐 (táo táng), 虞 (yú), 夏 (xià). Ayahnya bernama 帝喾 (dìkù) dari klan 高辛 (gāoxīn) merupakan keturunan kelima dari 黄帝 (huángdì) atau Kaisar Kuning yang reputasinya sangat menonjol sebagai salah satu dari lima kaisar kuno. Ibunya adalah perempuan dari suku barbar kaum 有邰 (yǒutái) [sekarang: Bagian Barat武功 (wǔgōng) di Provinsi陕西 (shǎnxī)] bernama 姜嫄 (jiāngyuán), seorang perempuan suci dan cantik. Beberapa literatur bahkan menyebutnya sebagai Nabi ( 圣人 shèngrén).
Di dalam Kitab Sanjak (诗经shījīng) [salah satu dari untaian Kitab 五经 (wǔjīng), kitab suci dari 儒教 rújiào, Agama Ru / Khonghucu] telah ditulis mengenai keagungan Jiangyuan.
Ada dua bagian sanjak yang dilantunkan untuk menyiarkan tentang kebajikannya.
1. 鲁颂 (lǔsòng):宫 (gōng).
Disabdakan:
“赫赫姜嫄,其得不回,上帝是依,无灾无害,弥月不迟,是生后稷,降之白福“
(hèhèjiāngyuán,qídébùhuí,shàngdìshìyī, wúzāiwúhài,mí yuè bù chí , shìshēnghòujì, jiàngzhībáifú )
“Bunda Jiangyuan kebajikannya tidak menyimpang. Tuhan Khalik Semesta Alam memberkati; Tanpa bencana tanpa bahaya, Segera setelah tiba bulannya, Dilahirkan 后稷 (hòujì). Atasnya diturunkan beratus berkah ……”
2. 大雅 (dàyǎ):生民 (shēngmín).
Disabdakan:
“厥初生民,时维姜嫄。生民如何,克礼克祀,以弗无子,履帝武敏歆,攸介做止。载震载夙,载生载育,时维后稷”
(juéchūshēngmín, shíwéijiāngyuán, shēngmínrúhé, kèlǐkèsì, yǐfúwúzǐ, lǚdìwǔmǐnxīn, yōujièzuòzhǐ. zǎizhènzǎisù, zǎishēngzǎiyù, shíwéihòujì)
“Demikianlah mula kelahiran rakyat, Diawali dari Bunda Jiangyuan, Betapa rakyat itu bermula dilahirkan? Ia bersuci dan bersembahyang, Mohon dilepaskan dari keadaan tidak beranak, Ia tergerak menapaki jari kaki ciptaan Tuhan, Di wilayah yang besar tempat kediamannya. Ia menjadi hamil dan menyendiri, Ia melahirkan dan merawat (puteranya), Itulah yang kemudian bernama Houji (Ratu Gandum) “
Menurut cerita turun menurun, suatu hari -Jiangyuan yang waktu itu masih belia- pergi bermain di suatu tempat dan melihat jejak kaki yang sangat besar, lalu menempatkan kakinya sendiri di atas jejak kaki tersebut. Tak disangka, tak lama kemudian iapun mengandung dan 10 bulan kemudian melahirkan sebuah bola daging yang besar. Hal ini telah membuatnya kaget dan bingung sehingga memutuskan untuk mencampakkannya. Ketika dia hendak membuangnya diam-diam di mulut lorong, ternyata semua binatang kuda dan sapi yang sedang melalui lorong itu mendadak minggir memberi jalan, takut menginjak bola daging itu.
Kemudian Jiangyuan meminta tolong seseorang untuk membuang bola daging itu jauh-jauh ke dalam hutan rimba di gunung tetapi ternyata bertemu orang. Maka membuangnya ke dalam sungai. Ternyata dari tempat yang jauh terbanglah seekor burung besar yang langsung menyambar dan memeluk bola daging itu dalam pelukan sayapnya yang hangat.
Dengan paruhnya dikoyaknya bola daging itu. Muncullah seorang bayi dengan suara tangisnya yang meraung bertambah lama bertambah keras. Membuat orang di dekatnya maupun yang jauh darinya menjadi terkejut. Saat ini barulah Jiangyuan menyadari bahwa anak ini bukan anak biasa, mungkin ini anugerah Tuhan atasnya.
Segera dipondongnya bayi itu untuk dibawa pulang ke rumah, ia bertekad mengasuh dan mendidik anak ini baik-baik. Karena –pada awalnya– bermaksud untuk mencampakkannya (抛弃 pāoqì), maka bayi inipun dinamailah 弃 (qì).
Sejak kecil sudah tampak bahwa Qi sangat punya ketertarikan kepada semua hal yang berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan. Setelah dewasa semakin tampak minatnya akan hal bercocok tanam ini. Dia gemar membuat riset atas segala sesuatu yang berhubungan dengan pertanian, sehingga dia mampu menentukan tanah mana yang tepat dan sesuai untuk ditanami tanaman pangan. Maka, ia tidak pernah salah menanam biji-bijian maupun buah-buahan. Bahkan selalu menuai hasil yang luar biasa.
Pengetahuan ini ia ajarkan kepada seluruh rakyat sukunya, sehingga mereka mulai mengerti untuk menanam palawija dan mulai mengenal pertanian. Dengan demikian, kehidupan mereka sebagai suku penggembala sudah berakhir.
Anjungan tempat ia mengajarkan bercocok tanam –yang terkenal dengan nama 教稼台 (jiàojiàtái)– hingga kini masih tegak berdiri di daerah bernama 武功 (wǔgōng) di Provinsi 陕西 (shǎnxī ).
bersambung ...