Redaksi Bulletin Margo Utomo memiliki kesempatan untuk mewawancari Wu Brothers, panggilan beken dari Widi Bersaudara yaitu Eko Widiyonarso (Wu Shen Li), Dwi Widi Saputra (Wu Shen Ping), dan dua kembar bungsu Tri Widi Darmanto (Wu Shen Ming) & Catur Widi Darwiyono (Wu Shen Ho).
Berikut petikan wawancara Redaksi dengan Wu Brothers yang diwakili oleh yang tertua, Wu Shen Li:
Boleh cerita sedikit dari mana asal mula panggilan Wu Brothers?
Asal mulanya Wu Brothers itu waktu kuliah di Indiana University. Kami berempat sering kumpul dan kalau ada sumbangan atau iuran, kami sering pakai nama Wu Brothers. Sejak saat itu teman-teman mulai kenal kami sebagai Wu Brothers
Salah satu motto/ pedoman hidup Wu Brothers adalah Saudara harus rukun dan harus punya jiwa mengalah. Siapa yang menanamkan pedoman hidup tersebut kepada Anda? Dan seberapa besar pedoman tersebut mempengaruhi Anda bersaudara selama ini?
Pedoman hidup itu papa, mama, dan Ama yang sering bilang itu dari kecil. Sama saudara saja tidak rukun, masa bisa sama teman bisa rukun. Awal mula, saya merasa kok enak harus mengalah sama adik. Saya kan koko hehehe. Di mana adik-adik saya selalu menurut sama saya. Semakin dewasa adik-adik saya mulai ada ide dan ada kreatifitas. Jadi sering ada konflik. Maklum masih terlalu muda saat itu. Mama bilang harusnya saya senang dan bangga punya adik-adik yang ada ide daripada yang diam saja selalu ikut kata koko. Itu artinya adik-adik punya semangat juang yang bagus.
Papa mama sering bilang jadi koko itu kalau adik-adiknya jelek dan nakal yang kena koko-nya. Kalau adik-adik semua baik-baik dan pintar, yang dipuji koko-nya juga karena bisa mengarahkan adiknya. Papa mama juga sering menasehati adik-adik agar mau mengalah dan hormat sama koko. Kalo koko salah jangan dilawan, tapi ngomong baik-ba ik. Kalo koko tidak bisa dikasih tahu, baru ngomong ke papa mama. Kalo dilawan, awalnya benar jadi salah.
Dengan tambah dewasa, kami berempat semakin bisa mengalah. Rukun. Saya benar-benar beruntung punya tiga adik-adik yang baik dan mau kerja keras semua. Jadi sebenarnya saya tidak atur apa-apa. Adik-adik saya sudah baik-baik semua.hehehe.
Oh iya, hidup rukun dan mengalah. Kami semua ingin anak kami rukun juga kan? Masa kami ga kasih contoh ke anak kami untuk rukun sama saudara. Kami kan anak-anak dari papa mama juga.
Meskipun membangun sebuah perusahaan/ usaha bersama dengan saudara-pun, tetap akan ada perbedaan baik dari segi berpikir, cara bertindak, dan lain sebagainya. Apa pernah mengalami kendala seperti itu? Bisa diceritakan sedikit contoh kasus dari kendala tersebut seperti apa? Lalu apa yang menjadi rahasia untuk menjaga kekompakan antar saudara terutama dalam membangun usaha?
Wah sering sekali perbedaan pendapat. Misalnya ya..tentang buat brosur koperasi. Yang satu bilang nama koperasi bagus ditaruh diatas sedangkan yang satunya lagi bilang bagus ditarus dibawah. Yang satu bilang bagus warna ini sedangkan yang satu lagi bilang bagus warna itu. Ga ada yg mau mengalah. Akhirnya kami ambil keputusan: siapa yg in charge, dia yang ambil keputusan.
Kami tidak perlu meributkan hal hal kecil. Kalauun ada yang salah dalam mengambil keputusan, tetap kami dukung dan bantu. Agar tetap bisa kompak, saling percaya, dan saling menghargai.
Usaha koperasi itu saya dan Dwi yang pegang, Tri dan Catur percaya sepenuhnya kepada saya dan Dwi dalam mengelola koperasi. Usaha tambak udang itu Tri yang pegang, saya, Dwi, dan Catur percaya sepenuhnya pada Tri dalam mengelola tambak. Jadi kami tidak mengintervensi Tri dalam mengelola tambak. Demikian juga dengan Catur. Saya, Dwi, dan Tri mempercayakan pengelolaan pembangunan rumah ruko pada Catur. Kadang kalau mau beli tanah, Catur ajak kami semua ke Bali. Kalau keuangan Dwi yang sepenuhnya pegang. Jadi Dwi yang kasih kami warning tentang keuangan group.
Goal Golden Stars Indonesia adalah menumbuhkan Perusahaan yang terkemuka & terpercaya di Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan stakeholders. Kenapa stakeholders? Tidak banyak Perusahaan dengan visi spesifik yaitu menyejahterakan para stakeholders-nya. Kebanyakan Perusahaan lebih memilih fokus pada customer.
Kami buka perusahaan kan supaya sejahtera. Untuk itu kan butuh karyawan, karyawan kerja agar sejahtera pula. Jadi pemegang saham & karyawan harus sejahtera.
Nah, usaha kami kan koperasi kasih pinjam uang. Harapannya pinjam dari kami bisa berkembang usahanya dan menjadi sejahtera. Orang yang simpan uang di kami juga sejahtera karena kami aman terpercaya & kami memberi bunga di atas bank umum.
Customer yang beli properti dari kami juga bisa semakin sejahtera karena kami bangun rumah ruko kualitas bagus, kami layani dengan baik, sehingga mereka happy. Kalo happy kan mereka kerja juga bisa baik.
Tambak udang juga begitu, kami menjual udang dengan cara yg baik, jujur, dan saling menguntungkan. Jadi kami berharap banyak orang akan menjadi bagian dari perusahaan untuk sejahtera; baik karyawan, customer atau mitra kerja.
Kami juga sering lakukan kegiatan sosial, misalnya memberikan sumbangan kepada desa, kasih hiburan ke masyarakat, bagi zakat fitrah, buka puasa di panti asuhan.
Kami dapat uang dari masyarakat, jadi sudah seharusnya kami berbagi dengan masyarakat.
Stakeholder penting buat kami karena karyawan yang baik merupakan aset bagi perusahaan. Toh kami tidak bisa kerja sendiri ya.
Customer harus happy juga karena kalo customer tidak puas, mereka juga tidak kembali ke kami, paling hanya one time transaction.
Pernah mendengar nama Yayasan Bhakti Sosial Margo Utomo sebelumnya? Jika iya, bisa diceritakan sedikit mengenai keterlibatan Anda?
Saya sering dengar tentang Yayasan Margo Utomo. Tapi selama ini saya tidak pernah ikut di kegiatan Margo Utomo. Tapi saya pernah sembayang di Yayasan. Sebelum menikah untuk minta jodoh sama Zhu Gong (leluhur). Setelah menikah juga sembayang lagi mengucapkan terima kasih sekaligus minta anak. Terima kasih sekarang sudah ada 2 anak laki-laki yg sehat dan lucu-lucu. Ada juga keluarga yang saya panggil empek Fei Ran. Empek pernah jadi pengurus di Yayasan Margo Utomo. Pernah ketemu juga dan tanya-tanya sama Suk Sudomo di seminar tentang bisnis keluarga. Perlu belajar banyak dari Suk Sudomo dalam mengembangkan bisnis keluarga. Pernah ketemu dan rapat di perkumpulan TITD bersama Shu Ivan Gunawan.
Anda pasti bangga bermarga Wu/ Go. Seberapa penting bagi Anda akan arti dari tradisi leluhur,regenerasi, dan makna dari marga itu sendiri?
Yes, saya bangga bermarga Wu. Saya lahir di keluarga bermarga Wu. Ama juga sering mengajak saya sembayang dan mengenal saudara-saudara di kampung halaman Ama di Quan Zhou, Fujian.
Papa mama juga sering memberitahu untuk menurut apa kata Ama. mengIkuti teladan Ama dalam membina keluarga. Kami bisa berkembang karena Ama selain baik, jujur, kerja keras, Ama juga selalu mengingat leluhur kami.
Regenerasi sangat penting karena suatu saat yang muda pasti menggantikan yang senior. Untuk kami yang muda perlu mulai belajar dari para senior, minta bimbingan para senior.
Anda pasti setuju bahwa kami terlepas dari marga apapun yang melekat pada nama kami, tetaplah harus menghormati, menjaga, dan meneruskan tradisi tersebut ke anak cucu kami kelak. Bagi Anda sendiri, tradisi leluhur apa yang saat ini masih Anda pegang teguh dengan harapan bahwa tradisi tersebut akan diteruskan sampai generasi berikutnya?
Saya akan terus melanjutkan tradisi menghormati leluhur. Saya juga akan mengajarkan pada anak-anak saya untuk menghormati leluhur dan mendoakan leluhur keluarga Wu.